Minggu, 13 September 2009

Amal Sholeh Di Bulan Ramadhan


Shaum atau puasa secara bahasa bermakna al-imsak atau menahan diri dari sesuatu seperti menahan diri dari makan atau berbicara. Makna shaum seperti ini dipakai dalam ayat ke-26 surat Maryam. “Maka makan dan minumlah kamu, wahai Maryam, dan tenangkanlah hatimu; dan jika kamu bertemu seseorang, maka katakanlah saya sedang berpuasa dan tidak mau berbicara dengan siapapun.

Sedangkan secara istilah, shaum adalah menahan dari dari dua jalan syahwat, mulut dan kemaluan, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan pahala puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.

Bulan Ramadhan penuh berkah, berdaya guna dan berhasil guna, bermanfaat secara maksimal. Detik demi detik di Bulan Suci ini bagaikan rangkaian berlian yang sangat berharga bagi orang beriman. Pasalnya semua perbuatan kita di saat berpuasa menjadi ibadah berpahala yang balasannya langsung dari Allah. Amal baik sekecil apapun nilainya dilipatgandakan sehingga kita menjadi puas dalam melakukannya.

Keberkahan Ramadhan oleh Nabi saw secara garis besar dibagi 3, yaitu 10 malam periode pertama penuh rahmat Allah, 10 berikutnya diisi dengan ampunan (maghfirah), sedangkan di 10 malam terakhir merupakan pembebas manusia dari api neraka. Keberkahan yang Allah berikan ini akan optimal jika kita mengelola waktu pendekatan diri kepada Allah sebagaimana arahan Rasulullah saw. “Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yg paling utama.”

Bulan Ramadhan merupakan momentum peningkatan kebaikan bagi orang-orang yang bertaqwa dan ladang amal bagi orang-orang shaleh. Terutama, sepuluh hari terakhir Ramadhan. Sebagian ulama kita membagi bulan ini dengan tiga fase: fase pertama sepuluh hari awal Ramadhan sebagai fase rahmat, sepuluh di tengahnya sebagai fase maghfirah dan sepuluh akhirnya sebagai fase pembebasan dari api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka.” Selain itu, Rasulullah saw. bersabda, ” Kalau saja manusia tahu apa yang terdapat pada bulan Ramadhan, pastilah mereka berharap Ramadhan itu selama satu tahun.” (Thabrani, Ibnu Khuzaimah, dan Baihaqi). Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Apabila datang bulan puasa, dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka.” (Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw. juga bersabda, “Apabila datang malam pertama bulan Ramadhan, para setan dan jin kafir akan dibelenggu. Semua pintu neraka ditutup sehingga tidak ada satu pintu pun yang terbuka; dan dibuka pintu-pintu surga sehingga tidak ada satu pun yang tertutup. Lalu terdengar suara seruan, “Wahai pencari kebaikan, datanglah! Wahai pencari kejahatan, kurangkanlah. Pada malam itu ada orang-orang yang dibebaskan dari neraka. Dan yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Dari ummul mukminin, Aisyah ra., menceritakan tentang kondisi Nabi saw. ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan: “Beliau jika memasuki sepuluh hari terkahir Ramadhan, mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”

Dengan melihat berbagai keutamaan bulan Ramadhan melalui hadist-hadist di atas, maka sudah seharusnya kita dapat memaksimalkan dan mengoptimalkan ibadah kita, mengisi tiap detik hari-hari kita di bulan Ramadhan dengan amal-amal yang bermanfaat. Ada beberapa langkah untuk memaksimalkan amalan kita di bulan Ramadhan diantaranya:

1. Berusahalah semaksimal mungkin untuk menjadikan Ramadhan sebagai stasiun untuk mengintrospeksi diri, dengan meningkatkan amal-amal kita, mengulang dan memperbaikinya.

2. Berusahalah untuk menjaga konsistensi shalat Tarawih secara berjamaah. Rasulullah saw bersabda: “siapa yang shalat bersama imam sampai ia berhenti, maka akan dicatat untuknya seperti shalat sepanjang malam”.

3. Bertekad untuk melanjutkan perbuatan-perbuatan baik yang kita biasakan di dalam Ramadhan, setelah Ramadhan berakhir.

4. Sesungguhnya bulan ini adalah bulan ibadah dan amal, bukan untuk memperbanyak tidur dan memelihara kemalasan.

5. Ketika kita merasa lapar, maka ingatlah sesungguhnya kita adalah makhluk yang lemah, dan kita sangat membutuhkan makanan dan kebutuhan lainnya dari Allah.

6. Bersegeralah memohon maaf kepada orang yang pernah kita zhalimi, sebelum orang tersebut mengambil pahala amal kebaikan kita di akhirat kelak.

7. Berusahalah untuk memberikan makaan atau minuman berbuka kepada orang yang berpuasa agar kita mendapatkan pahala seperti puasa yang dikerjakan.

8. Bekali diri kita denga pemahaman atas makna-makna (tafsir Al Quran).

9. Jangan terlalu banyak menghidangkan jenis makanan ketika sedang berbuka puasa, karena hal itu akan menyibukkan anggota keluarga untuk menyiapkannya, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk memperbanyak ibadah di siang harinya.

10. Jangan terlalu sering jalan-jalan ke luar rumah di waktu malam seperti ke tempat-tempat yang penuh keramaian.Akan tetapi berupayalah untuk melaksanakan qiyamul lail. Terutama di hari-hari penghujung Ramadhan agar tidak kehilangan kesempatan bertemu dengan lailatul qodar.

11. Lakukanlah I’tikaf di mesjid walaupun hanyan beberapa jam.

12. Disunnahkan untuk mengumandangkan takbir pada malam Iedul Fitri dan pada pagi harinya sampai selesai melaksanakan shalat Ied.

Itulah beberapa langkah yang dapat kita lakukan dalam memaksimalkan amalan Ramadhan kita. Ramadhan adalah kesempatan berharga yang tidak datang setiap saaat. Dan ketika datang pun tidak menunggu kesiapan dan keluangan waktu kita. Maka, kitalah yang harus meluangkan waktu dan menyiapkan diri menyambutnya, beramal di dalamnya sebanyak-banyaknya, agar ketika berlalu tidak timbul penyesalan yang mendalam karena kelalian kita sendiri.

Perhatikanlah apa yang dilakukan Imam Malik rahimahullah jika telah memasuki Ramadhan. Ia menutup kitab-kitabnya, tidak berfatwa dan tidak melayani diskusi dengan orang lain. Ia hanya mngambil Al Quran dan berkata, “ Bulan ini adalah bulan Ramadhan, bulannya Al Quran.” Ia lalu menuju ke mesjid dan menetap di dalamnya, memperbanyak shalat, tilawah dan dzikir sampai bulan Ramadhan berlalu. Selain hal di atas, ada baiknya kita renungkan beberapa model alumni “shaum” binatang di sekitar kita. Sebagai contoh: ular, ayam dan ulat.

Binatang ular mempunyai keunikan, merubah diri menjadi muda lagi, berkulit baru lagi, dan semua serba baru. Ternyata perubahan itu di awali dari proses panjang “shaum” alias tidak makan selama hampir satu tahun. Dalam rentang waktu yang panjang itu, ular tidak makan sama sekali, sehingga tubuhnya mengecil, mengecil dan akhirnya ular keluar dari kulit lamanya, menjelma menjadi ular baru, serba baru.

Ayam, ketika bertelur dan mau memiliki anak, ia mengeram. Dalam rentang waktu tiga pekan kurang lebih, ayam mengeram telurnya, tanpa makan dan minum. Sampai-sampai mulut ayam selalu menganga dan mengeluarkan suara. Apa yang terjadi setelah tiga pekan? Telur-telur itu menetas, dan subhanallah! Lahir anak-anak ayam yang lucu-lucu, dan warna-warni.

Binatang ulat, boleh jadi binatang ulat adalah binatang yang paling rakus di dunia ini. Ulat hidup hanya untuk makan, bukan makan untuk hidup. Tidurnya pun makan. Sehingga warna tubuhnya nyaris menyatu dengan warna yang ia makan. Semua orang geli bahkan takut sama ulat, terutama kaum perempuan. Namun, apa yang terjadi ketika si ulat memutuskan “shaum” berdiam diri, dalam beberapa minggu, bulu-bulunya mulai rontok, berubah menjadi kepompong. Dari kepompong menjelma seekor kupu-kupu yang cantik nan menawan. Praktis semua orang, terutama kaum perempuan suka yang namanya kupu-kupu.

Itulah model alumni “shaum” binatang, melahirkan sosok baru, yang lebih baik, mempesona dan membawa manfaat. Subhanallah! Oleh karena itu, tentu Ramadhan harus mampu melahirkan dan meluluskan alumni-alumni manusia yang jauh lebih baik dari makhluk-makhluk lainnya. Kita sebagai makhluk yang paling sempurna dengan adanya akal yang dianugerahkan Allah pada kita, tentunya takkan rela untuk menyia-nyiakan keistimewaan dan keutamaan Ramadhan. Jadi ayo berlomba-lomba untuk memaksimalkan seluruh amalan Ramadhan kita, agar kita dapat terlahir kembali menjadi manusia baru yang lebih baik. Amiin.



Wallahu’alam biishawab,

Referensi Hadist dari www.dakwatuna.com, Sulthan Hadi, Nasehat Ramadhan Orang-orang Shalih (Jakarta: Tarbawi Press, 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar